Minggu, 02 Juni 2013

Model-Model Pembelajaran Terpadu

Model-Model Pembelajaran Terpadu

2.1. Model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pembelajaran yang mengkaitkan tema-tema yang over laping utnuk dikemas menjadi satu tema besar yang kemudian dibahas dalam suatu pembelajaran (http://fip.uny.ac.id). Model pembelajaran terpadu merupakan model pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan pada aspek-aspek bersifat umum seperti kemampuan berpikir, kemampuan sosial, sikap dan perilaku.
Menurut Fogarty, (dalam Prabowo, 2000 ) mengemukakan bahwa, ada sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model tersebut adalah berikut ini :
1.    the fragmented model (model tergambarkan), yaitu model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran atau model tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya pada satu catur wulan.
Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan dan nilai. Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).
Keuntungan pembelajaran model ini adalah siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu. Sedangkan kekurangannya adalah Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.
2. the connected model (model terhubung), yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.
3.    the nested model (model tersarang), yaitu model pembelajaran terpadu yang merupakan pengintegrasian kurikulum dalam satu disiplin ilmu dengan memfokuskan pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh guru kepada siswa dalam satu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content) yang meliputi keterampilan berfikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23).
Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
Kekurangannya adalah apabila tanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi kabur.
4.    the squenced model (model terurut), yaitu model pembelajaran dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran guru dapat menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran itu dalam topik yang sama atau relevan.
 Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna.
Sedangkan kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
5.    the shared model (model terbagi), yaitu suatu model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang. Misalnya Matematika dan IPA disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan.
Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam.
Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
6.     the webbed model (model terjaring), ) yaitu merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
 Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu menyatakan Webbed menyajikan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Satu tema yang subur dijaring laba-labakan untuk isi kurikulum dan mata pelajaran. Mata pelajaran menggunakan tema untuk menyelidiki keseuaian konsep, topik, dan ide-ide. Karakteristik pendekatan tema ini untuk mengembangkan kurikulum dimulai dengan satu tema misalnya “transportasi”, “penyelidikan”, dan lain-lain.
Contoh dari penggunaan pembelajaran model ini adalah: siswa dan guru menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub tema misalnya siklus air, kincir angin, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran Matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
7.    the threaded model (model tertali), yaitu model pembelajaran yamg menfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjrk. Misalnya untuk melatih keterampilan berpikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti pada komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuah bacaan dan sebagainya.
Keuntungan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi.
Sedangkan kelemahannya yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
8.     the integrated model ( model terpadu), yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang studi denggan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang studi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu mengatakan bahwa model integrated kurikulum menyajikan satu pendekatan penyebrangan mata pelajaran mirip dengan model “Shared”. Model integrated memadukan mata pelajaran dengan latar prioritas kurikulum pada tiap penemuan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan sikap-sikap yang tumpang tindih mata pelajaran tersebut.
9.     the immersed model (model terbenam), ) yaitu model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, Ia juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya.
Model ini merupakan satu dari model yang memungkinkan pelajar menyeberang dan atau tetap di dalam mata pelajaran tenggelam dalam minat dan kemaunnya untuk belajar.  
Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.  Sedangkan kekurangan dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
10.      the networked model (model jaringan). yaitu model pembelajaran yang berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber.
Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, TV, atau teman, kakak, orang tua dan sebagainya yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.  
Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.
Dari kesepuluh model itu dipilih tiga model  yang dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan dasar (SMP). Ketiga model ini adalah model keterhubungan (connected), model terjaring (webbed), dan model keterpaduan (integreted). (Prabowo : 2000)
Model pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri, yaitu :
a.     Berpusat pada anak
b.    Proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
c.     Pemisahan antar bidang studi atau aspek pengembangan tidak terlihat dengan jelas.
2.2.Model Keterkaitan (conneted)
Menurut Fogarty, (dalam Prabowo, 2000) mengemukakan bahwa, model keterkaitan (connected) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuh-kembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.
Selanjutnya Prabowo,(2000) menjelaskan tentang keunggulan model ini adalah sebagai berikut :
a.        Adanya keterkaitan atau hubungan antara gagasan-gagasan di dalam satu bidang studi, siswa akan memiliki gambaran yang lebih komprehensif dan beberapa aspek tertentu akan mereka pelajari secara lebih mendalam.
b.       Siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.
c.       Menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus-menerus sehingga memudahkan terjadinya proses transfer dalam memecahkan masalah.
d.      Pembelajaran terpadu model keterkaitan tidak mengganggu kurikulum yang sedang berlaku.
Di samping memiliki keunggulan model ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu :
a.       Beberapa bidang studi masih nampak terpisah. 
b.      Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi pelajaran tetap terfokus, tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi,
c.       Dalam memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka usaha untuk menggambarkan keterkaitan antar bidang studi menjadi terabaikan.
Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (keterkaitan) menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :
1.    Tahap Perencanaan : 
a. menentukan tujuan pembelajaran umum
b. menentukan tujuan pembelajaran khusus
2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :
a. Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa. (materi prasyarat).
b. Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa.
c.  Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan.
d. Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
e. Menyampaikan pertanyaan kunci
3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
a.       Pengelolaan kelas; dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok.   
b.      Kegiatan proses
c.       Kegiatan pencatatan data
d.      Diskusi secara klasikal
4. Evaluasi, meliputi :
a.         Evaluasi proses , berupa :  ketepatan hasil pengamatan,  ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan, ketepatan siswa saat menganalisis data
b.         Evaluasi produk : penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
c.         Evaluasi psikomotor : kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.


 




                    


Gambar .1. Model Keterkaitan
2.3. Model Jaring Laba-Laba (Webbed)
Model pembelajaran terpadu tipe  webbed menggunakan pendekatan tematik . Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
Kelebihan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba sebagai berikut :
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
3.    siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling berhubungan.
Kekurangan pembelajaran terpadu dalam model jaring laba-laba sebagai berikut :
1.              kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba (Webbed) sebagai berikut.:
  1. Guru menyiapkan tema utama seperti nilai juang dalam perumusan Pancasila, dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang Studi,
  2. Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema nilai juang dalam perumusan Pancasila supaya tidak over lapping,
  3. Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas,
  4. Guru memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.


 


    







                 Gambar .2. Model Webbed


2.4. Model Keterpaduan (Integrated)
Pembelajaran terpadu model keterpaduan adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
Kelebihan pembelajaran terpadu dengan model keterpaduan sebagai berikut :
1.    Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang studi/mata pelajaran; 
2.    Memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;
3.    Siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;  
4.    Memperluas wawasan dan apresiasi guru. 
Kekurangan pembelajaran terpadu dengan menggunakan model keterpaduan sebagai berikut :
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;  
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;  
3.    sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;   
4.    Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.
Adapun langkah-langkah pembelajaran terpadu dengan model keterpaduan sebagai berikut :
1.    Pendidik menentukan salah satu tema dalam mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema-tema dari mata pelajaran lain.
2.    Pendidik mencari tema-tema dari mata pelajaran lain yang memiliki makna yang sama.
3.    Pendidik memadukan tema-tema dari beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi satu tema yang besar.
4.      Pendidik menyusun rencana pembelajaran (RPP/SKH) yang terdiri dari gaungan konsep beberapa mata pelajaran.
5.      Pendidik menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.






                                                                                                                                                                                                                                                                    


                                                                                                          




                                              Gambar.3. Model Keterpaduan

Metode pengembangan Kognitif

Metode Pengembangan Kognitif
2.1. Pengertian Metode
Metode adalah cara mentransfer atau menyampaikan ilmu yang tepat yang sesuai dengan anak usia TK sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik. Metode merupkan bagian dari strategi kegiatan dan dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang ditetapkan.
Tujuan metode pengembangan kognitif sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal. Oleh karena itu dalam memilih suatu metode yang akan digunakan, guru TK perlu memilih alasan yang kuat dan memperhatikan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang dibinanya. Yang dimaksud dengan karakteristik tujuan adalah pengembangan kognitif, fisik, sosial emosional, moral dan nilai-nilai agama dan seni
Sesuai dengan karakteristik, tidak semua metode mengajar cocok digunakan pada program kegiatan anak TK, seperti metode ceramah, kurang cocok karena menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat.
     Metode mengajar pengembangan kognitif yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK. Macam-macam metode pengembangan kognitif yang dapat digunakan untuk  pengembangan kognitif anak,yaitu : bermain, pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, percobaan, bercerita, karyawisata, dan dramatisasi.( Sujiono dkk,2004)
2.1.1.Metode Bermain
Bermain adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan (Mayesty,1990;196-197). Anak usia dini tidak membedakan bermain,belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun  mereka memiliki kesempatan
Piaget (dalam Mayesty,1990;42) mengatakan bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepusan bagi diri seseorang . Sedangkan Parten (dalam Dokket an Fleer(2000;14)) memandang bahwa kegiatan bermain adalah sarana sosialisasi. Dalam bermain memberi kesempatan anak bereksplorasi ,menemukan, mengekspresikan,perasaan,berekreasi dan belajar secara menyenangkan.
Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan dimana ia hidup.
Bermain pada anak merupakan kegiatan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa. Bermain memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pengaruh perkembangan anak.
Frank dan Farida caplan (Hildebrand,1986;55-56) mengemukakan ada enam belas nilai bermain bagi anak:
a. Bermain membantu pertumbuhan anak
b. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
c. Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak   
d. Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai
e. Bermain mempuhyai unsur petualang di dalamnya
f.  Bermain meletakkan perkembangan bahasa
g. Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan pribadi
h. Bermain memberi kesempatan untuk menguasi diri secara fisik.
i.  Bermain memperluas minat pemusatan perhatian
j.  Bermain merupakan cara anak menyelidiki sesuatu 
k. Belajar merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa
l.  Bermain merupakan cara sinamis untuk belajar
m. Bermain menjernihkan pertimbangan anak
n.  Bermain dapat distruktur secara akademis
o. Bermain merupakan kekuatan hidup 
p. Bermain merupakan sesuatu yang essensial bagi kelestarian hidup  manusia.
2.1.2. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ialah suatu cara penyajian kegiatan yang telah ditentukan dan anak dapat mempertanggungjawabkan sesuai petunjuk langsung dari guru. Ditinjau dari teori belajar Vygotsky pemberian tugas yang cocok adalah pemberian tugas kelompok, dimana anak bisa bersosialisasi dengan teman sekelompok,mau berbagi, mau bertanya, serta belajar untuk bekerjasama tanpa harus berharap pada kemampuan orang lain atau sebaliknya.
2.1.3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu penyajian kegiatan pembelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh anak didik. Metode demonstrasi juga bisa diartikan suatu cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu atau proses kejadian atau peristiwa. Guru dituntut mendemonstrasikan sesuatu harus jelas, alat peraga harus dipersiapkan lebih dulu,agar pada saat mendemonstraskan tidak terhambat atau terganggu.
2.1.4. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ialah suatu cara penyajian pembelajaran dengan dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya.Guru harus berusaha agar anak aktif memberi jawaban atu keterangan bukan guru yang memberi keterangan.
Metode bercakap-cakap atau tanya jawab ini sangat bermanfaat bagi anak PAUD,TK/RA sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan guru agar anak berani mengungkapkan pendapat serta berani berbicara di depan umum. Selain itu metode ini mengandung manfaat belajar yaitu mewujudkan kemampuan berbahasa secara reseptif dan ekspresif.
2.1.5. Metode Mengucapkan Syair
Metode mengucapkan syair yaitu suatu cara menyampaikan sesuatu melalui syair yang menarik yang dibuat guru untuk sesuatu, agar dapat dipahami anak.

2.1.6. Metode Percobaan atau Eksperimen
Metode Percobaan adalah suatu cara anak melakukan berbagai percobaan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usianya,guru sebagai fasilitator,alat berbagai percobaan sudah dipersiapkan oleh guru. Dalam metode ini anak dapat menemukan sesuatu berdasarkan pengalamannya.
2.1.7. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara menyampaikan sesuatu dengan bertutur atau memberikan penerangan atau penjelasan secara lisan melalui cerita.Cerita harus menarik,dengan tujuan yang ingin dicapai,dengan gerak gerik yang wajar dan intonasi yang bervariasi
2.1.8. Metode Karya Wisata
Usman dan Setiawati(2001;131) mengemukakan bahwa metode karya wisata adalah suatu cara penyajian pembelajaran dengan membawa anak didiklangsung kepada objek tertentu untuk dipelajari, yang terdapat di luar kelas, dengan bimbingan guru.Metode karya wisata juga bisa diartikan kunjungan langsung ke objek- objek di sekitar anak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.1.9. Metode Dramatisasi
  Salah satu metode yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran di PAUD,TK/RA adalah bermain peran.
Metode dramatisasi/ bermain peran adalah cara memahami sesuatu melalui peran-peran yangdilakukan oleh tokoh atau benda-benda di sekitar anak, sehingga anak dapat memahami sesuatu sambil berimajinasi. (Siti Aisyah,2006)
2.2. Penilaian atau Evaluasi Pengembangan Kognitif
            Evaluasi atau penilaian adalah suatu cara untuk mengukur kemajuan pelaksanaan, keberhasilan dan perkembangan kognitif dan masalahnya yang berkaitan dengan hasil belajar yang diharapkan pada anak. Evaluasi perlu dilaksanakan agar guru TK memperoleh umpan balik tentang proses kegiatan di taman kanak-kanak.


2.2.1. Alasan Mengadakan Evaluasi Pengembangan Kognitif
a.      Evaluasi merupakan bagian dari rangkaian yang harus dilakukan guru dalam mengembangkan kognitif anak.
b.      Tujuan yang didasarkan pada pengharapan setiap individu mempunyai ukuran bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
c.      Evaluasi menentukan tingkat pencapaian harapan.
2.2.2.  Penilaian Aspek Perkembangan
Assemen perkembangan pada anak usia dini meliputi : (1) Perkembangan fisik motorik, (2) perkembangan kognitif atau intelektual, (3) perkembangan moral dan nilai-nilai agama, (4) perkembangan bahasa, (5) perkembangan sosial dan emosi.
Penilaian aspek perkembangan kognitif yang berdasarkan Permendiknas No 58 tahun 2009 meliputi :
1.   Pengetahuan Umum dan Sain
a.       Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak (misalnya,menurut warna,bentuk,ukuran).
b.      Mencari atau menunjukkan sebanyak-banyaknya benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna,bentuk atau ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu.  
c.       Mengenal perbedaan antara kasar dan halus, berat dan ringan, panjang dan pendek, jauh dan dekat.
d.      Membedakan bermacam-macam rasa, bau atau suara.
e.       Menyebutkan perbedaaan dua buah benda
f.       Mencari lokasi asal tempat suara.
g.      Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi, jika : warna dicampur, biji ditanam, balon ditiup lalu dilepas, benda-benda dimasukkan ke air, benda-benda dijatuhkan , dan lain-lain.
h.      Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya.
2.   Matematika
a.       Menyebutkan urutan bilangan dari 1-10
b.      Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda)
c.       Menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan (anak tidak disuruh menulis)
d.      Mengenal konsep bilangan sama dan tidak sama, lebih dan kurang, banyak dan sedikit.
e.       Menyebutkan benda yang berbentuk geometri
f.       Mengelompokkan lingkaran, segitiga, dan segiempat.
g.      Menyusun kepingan puzzle menjadi bentuk utuh (4-15 bagian).
h.      Mengenal ukuran panjang, berat, dan isi
i.        Mengenal alat untuk mengukur
j.        Menyatakan waktu yang dikaitkan dengan jam
k.      Mengenal penambahan dengan benda-benda 1-10
l.        Mengenal pengurangan dengan benda-benda 1-10
m.    Mengurutkan benda 1-10 berdasarkan urutan tinggi-rendah,besar-kecil,berat-ringan,tebal-tipis.
n.      Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yang berurutan misalnya merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah, putih.
o.      Meniru pola dengan menggunakan 4 kubus
p.      Mengerjakan mencari jejak (maze) yang lebih rumit.
2.2.3. Tujuan  Assemen
Assemen anak usia dini digunakan untuk berbagai tujuan antara lain :
1.      Untuk mengetahui berbagai aspek perkembangan anak secara individual.
2.      Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan maupun identifikasi penyebab masalah belajar anak.
3.      Untuk memberikan tempat dan program yang tepat bagi anak ( apakah dibutuhkan program pelayanan khusus)
4.      Untuk membuat perencanaan program  dan memberikan umpan balik bagi anak.
5.      Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan pada anak.
Dengan demikian kegiatan assemen yang dilakukan hendaknya disesuaikan dengan tujuan assemen yang hendak dicapai, agar mendapatkan hsail yang maksimal. Untuk melaksanakan kegiatan assemen dibutuhkan perencanaan yang baik, serta instrument (alat) yang tepat untuk mengukur perkembangan anak.
2.2.4.      Komponen yang Dievaluasi
Dalam melakukan evaluasi terdapat pedoman yang dapat digunakan yaitu :
a.       Memilih apa yang akan dievaluasi, menentukan siapa yang akan dievaluasi dan dalam situasi apa evaluasi dilaksanakan.
b.      Menentukan tujuan evaluasi secara jelas. Mengetahui alasan mengapa evaluasi diadakan dan manfaat apa yang dapat diperoleh dari kegiatan evaluasi tersebut.
c.       Mengetahui bagaimana cara memperoleh data evaluasi tersebut apakah akan menggunakan observasi, pemberian tugas, atau tanya jawab.
d.      Mengetahui kegunaan evaluasi.
e.       Menyatakan tujuan kegiatan secara jelas.
f.       Tindak lanjut, menggunakan hasil evaluasi kegiatan untuk dimanfaatkan bagi peningkatan pengembangan lebih lanjut seluruh aspek pengembangan anak didik.
2.2.5.      Alat Evaluasi
Dalam mengevaluasi pengembangan kognitif anak TK terdapat berbagai macam alat evaluasi yang dapat digunakan, antara lain :
a.       Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu cara untuk mengetahui perkembangan kemampuan dan sikap anak yang dilakukan dengan mengamati tingkah laku anak dalam perkembangan kognitif.
b.      Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah sekumpulan catatan singkat yang spesifik tentang sikap dan perilaku dalam situasi tertentu. Hal-hal yang dicatat meliputi aktivitas yang bersifat positif dan negatif. Catatatan bukan merupakan interpretasi guru. Catatan benar-benar ada artinya ( bermakna ),pencatatan dilakukan secara runtut.
c.       Kumpulan Kerja Anak (Portofolio)
Kumpulan kerja anak adalah kumpulan kerja siswa yang menunjukkan tahap-tahap perkembangan kognitif siswa dari waktu ke waktu. Dari hasil kerja siswa, guru maupun orangtua siswa dapat melihat perkembangan kognitif yang dicapai anak.
d.      Penilaian Kinerja
Penilaian yang dilakukan guru yang menuntut siswa untuk melakukan tugas atau perbuatan yang dapat diamati dan diukur baik dalam KBM maupun kegiatan sehari-hari.
e.       Penilaian Kemampuan Kognitif
Sebelum memberikan penilaian melalui penilaian kemampuan, guru harus memilih indikator-indikator untuk perkembangan kognitif. Guru membuat gradasi atau tingkat perkembangan yang termasuk dalam perkembangan kognitif melalui lima tahapan,yaitu :
1.      Penilaian ‘ kurang sekali “
2.      Penilaian “ kurang “
3.      Penilaian “ cukup “
4.      Penilaian “ baik “
5.      Penilaian “ baik sekali “
f.       Penilaian Diri
Dalam menilai kemampuan diri harus dibiasakan sejak dini agar anak dapat menilai diri sendiri, menghargai hasil karya sendiri, mengakui kekurangan diri dalam melaksanakan tugas, anak mempunyai sikap mulia menghargai kelebihan orang lain dan selalu bersikap objektif dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.6.      Prosedur
Sebelum guru melakukan penilaian pada anak, harus dipersiapkan perangkat atau instrumen penilaian sebagai berikut lembar observasi, catatan anekdot, portofolio, penilaian kemampuan, penilaian diri.
Langkah – langkah penilaian :
a.       Lembar Observasi
Dalam lembar observasi yang harus dicantumkan :
1.      Nama Anak
2.      Hari/Tanggal
3.      Kegiatan
4.      Butir yang dinilai ( penjabaran dari indikator )
5.      Keterangan
b.      Catatan Anekdot
Untuk mencatat anekdot guru harus menyiapkan buku untuk mencatat kejadian yang menonjol dari kebiasaan sehari-hari, agar guru mengetahui kenapa itu terjadi, apa yang mendorong kejadian tersebut.
No
Nama
Hari/Tgl
Peristiwa
Keterangan
Kesimpulan


















Mengetahui,
Kepala Sekolah                                                                   Guru Kelas
c.       Kumpulan Kerja Siswa
Guru harus menyiapkan folder untuk menyusun hasil kerja anak agar tidak tercecer.
d.      Penilaian Kinerja
Yang harus dibuat : lembaran penilaian berdasarkan gradasi atau peningkatan kemampuan kognitif.
No
Hari/Tgl
Nama Siswa
Pengembangan
Kegiatan
Penilaian
Ket
ks
k
c
B
bs


































Mengetahui,
Kepala Sekolah                                                                            Guru Kelas
e.       Menyediakan Buku Rangkuman Penilaian untuk Mingguan atau Bulanan
Sebelum memasukkan seluruh penilaian ke dalam laporan penilaian perkembangan siswa, guru terlebih dahulu merangkum seluruh hasil pengamatan dari perkembangan kognitif siswa baik dari kumpulan kerja, catatan anekdot, penilaian kinerja.
f.       Buku Laporan Perkembangan Anak
Buku ini berisi identitas anak lengkap dengan latar belakang orang tua, teman, lingkungan dan sebagainya, nama sekolah, guru, kepala sekolah. Format penilaian berdasarkan narasi atau deskripsi.
2.3.  Penerapan Metode dan Evaluasi
     













Gambar. anak sedang melakukan aktifitas belajar  
a.       Tema                              : AIR UDARA API
b.      Subtema                         : SIFAT-SIFAT AIR
c.       Kemampuan Dasar         : Anak mampu mengenal perbedaan ukuran “lebih dari”,”kurang dari”, dan “paling dari”.
d.      Hasil Belajar                   : Anak dapat memahami konsep-konsep matematika (bentuk,pola,warna,ukuran).
e.       Indikator                        : Menyebutkan konsep penuh kosong melalui mengisi wadah dengan air.
f.       Media  : Botol bekas minuman ukuran( besar, sedang, kecil), ember, corong, air, pewarna, sendok.
g.      Metode                           : Metode demonstrasi
h.      Tujuan                            :
1.      Anak dapat membedakan ukuran botol
2.      Anak dapat menyebutkan ukuran botol dan warna air yang dituangkan.
3.      Anak dapat menyebutkan sifat air.
i.        Langkah-langkah pelaksanaannya :
1.      Guru menyiapkan alat-alat untuk kegiatan tersebut seperti embeer, air, botol bekas minuman, sendok atau gelas bekas minuman.
2.      Guru mengajak anak keluar ruangan kelas.
3.      Guru mendemonstrasikan menuangkan air ke dalam botol.
4.      Guru menyuruh salah satu anak untuk menuangkan air ke dalam botol dan menyebutkan apa yang terjadi.
5.      Guru menyuruh anak lain untuk melakukan kegiatan yang sudah dibericontoh guru dan anak menceritakan apa yang terjadi.

j.        Evaluasi                          : melalui observasi